Suatu hari di sore yang cerah, tampak beberapa anak bermain layang-layang.
Salah satu layang layang berkata... " Aku kesal.. Aku ngin terbang setinggi tingginya tanpa ada yang menahan...Kenapa aku harus diikat dengan benang? Aku jadi tidak bisa terbang dengan bebas..."
Angin pun lalu bertiup dengan kencang. "Nah anginnya kencang, lanjut si layang-layang... Aku akan mendekat layang-layang lain, supaya benangku terputus.. Aku akan bisa terbang tinggi, bebas lepas!"
Maka dengan dorongan angin, si layang-layang mendekati layangan lain dan membiarkan benangnya bergesekan dengan benang lain... Sesaat kemudian, benangnya pun putus!!
" Sekarang aku bisa terbang semauku, naik tinggi sesukaku..."
Tapi sejurus kemudian... "Krossakk!" layang layang itu pun jatuh dan terangkut di atas pohon...
"Loh... Aku terangkut!! Kenapa ini? Bukannya terbang tinggi, malah aku tersangkut di pepohonan?" kata si layang-layang dengan sedih...
"Sekarang aku tahu", lanjut si layang-layang...
"Justru karena aku terikat benang, makanya aku bisa tetap melayang di udara....Ternyata benang itu yang membuat aku tetap bisa terbang".
---
Hati manusia sama seperti layang-layang tadi... Pada dasarnya manusia ingin hidup bebas sesuka hati tanpa peduli nasihat dan didikan ...
sering kita pikir nasihat dan didikan adalah sesuatu yang mengekang...
Padahal keduanya itu sama seperti benang pada layangan :
Itulah yang membuat kita tetap terbang dan berhasil...
Saat hati kita akan membuat pilihan yang salah, benang (nasihat & didikan) menarik kita untuk tetap ada di jalan yang benar...
Saat hati kita mulai sombong karena ada di puncak keberhasilan, benang (nasihat &didikan) menarik kita kembali untuk rendah hati.
Biarlah hati kita selalu terbuka untuk nasihat & didikan, sehingga kita dapat tetap terbang melayang.
#BBM
S.H.A.R.3
Senin, 28 April 2014
Rabu, 06 Juni 2012
Kesempatan
Kesempatan
Seorang pemuda tampak sedang tidur bermalas2an.. datanglah seorang tua menghampirinya. Si kakek bertanya : “anak muda, pagi begitu indah. Engkau masih tiduran di sini, apa yang kamu lakukan?” Dengan memicingkan mata si pemuda menjawab dengan suara malas : “aku sedang menunggu kesempatan.” “Apakah kamu tahu seperti apakah bentuk kesempatan yang kamu tunggu itu?”, tanya si kakek. Pemuda itu menggelengkan kepala : “kata orang, harus menunggu kesempatan datang baru nasib bisa berubah lebih baik. Bisa sukses dan kaya. Maka aku dengan sabar menunggu kesempatan itu datang.” “Buat apa ditunggu? Kesempatan tidak akan datang pada orang yang pasif. Lebih baik ikut aku mengerjakan hal-hal yang berguna.”, balas orang tua tersebut. “Pergilah orang tua, jangan mengganggu aku!” Si orang tua itu pun pergi.
Tidak lama kemudian datang seorang tua yang lain menghampiri si anak muda sambil berkata : “anak muda, apakah kamu sudah menangkap kesempatan?” Sambil menegakkan badan ia bertanya : “kesempatan yang mana kek?” “Bukankah tadi itu sudah ada kesempatan yang menghampirimu. Bukannya kamu tangkap malah kamu usir. Aku beri tahu kamu satu rahasia kesempatan. Kesempatan tidak bisa ditangkap bila kamu tidak kenal dia. di saat kamu serius, dia belum tentu datang padamu, saat kamu tidak serius dia bisa saja datang menghampirimu. Saat kesempatan datang, kamu tidak kenal. Waktu dia lewat dari hadapanmu dia belum tentu datang untuk kedua kalinya.”
Dengan penasaran si pemuda bertanya : “kalau begitu terus apakah seumur hidup aku tidak akan punya kesempatan?”
“belum tentu. Aku beri tahu lagi satu rahasia kesempatan untuk mu. Sebenarnya kesempatan datang pada setiap orang tidak hanya sekali seumur hidup. Bila yang satu terlewatkan maka yang lain suatu ketika pasti akan datang, tapi dia tidak datang untuk sendirinya, dia perlu diciptakan dan diperjuangkan. nah, kamu pun perlu tahu tidak ada waktu yang benar-benar tepat untuk memulai mencari dan menemukan kesempatan. Makanya anak muda, tidak perlu menunggu. mulai sekarang, saat ini. Mulai lah berusaha, bekerja, berjuang. Dan suatu saat kesempatan pasti akan tiba pada waktunya. Dan saat nanti dia datang di hadapanmu, kamu telah siap untuk menyambutnya.”
Dengan gembira, si pemuda mengucapkan terima kasih.
Banyak yang berpikiran salah: jika keberuntungan berpihak pada kita, maka kesempatan akan muncul di hadapan kita dengan sendirinya. Bila ia tidak kunjung datang ya ditunggu dan ditunggu terus. Sebenarnya kita semua mempunyai hak untuk memilih, termasuk memilih kesempatan apa yang kita inginkan. Maka nya putuskan, ciptakan,dan perjuangkan kesempatan yang anda pilih. Meskipun kesempatan yang didapat terasa kecil pada awalnya, tidak jadi masalah, karena seringkali kesempatan yang kecil merupakan awal dari usaha yang besar bagi siapa saja yang berani mewujudkannya dengan sepenuh hati.
(Kutipan : cari-inspirasi-hidup.blogspot.com)
Selasa, 20 Maret 2012
Republik Zina Menunggu Binasa
Oleh Asri Supatmiati, S.Si
Masih gadis sudah tidak perawan? Tak perlu mengernyitkan dahi. Saat ini perempuan belum menikah tapi sudah tidak virgin bukanlah barang langka. Survey terbaru yang dilakukan lembaga internasional DKT bekerja sama dengan Sutra and Fiesta Condoms mengungkap, remaja tak lepas dari seks bebas. Buktinya, 462 responden berusia 15 sampai 25 tahun semua mengaku pernah berhubungan seksual. Semua, 100 persen! Dan, mayoritas mereka melakukannya pertama kali saat usia 19 tahun. Survey dilakukan Mei 2011 di Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, dan Yogyakarta (Republika.co.id, 12/12/2011).
Selanjutnya, data yang diungkap lebih miris lagi. Yakni, sebanyak 88 persen hubungan seks dilakukan bersama pacar, 9 persen dengan sesama jenis (terutama wanita), dan 8 persen dengan PSK (untuk pria). Umumnya mereka melakukan zina di tempat kos (33 persen), hotel atau motel (28 persen), sementara rumah 24 persen. Lama pacaran mereka sebelum berhubungan seksual, rata-rata satu tahun.
Perzinaan agaknya sudah menjadi gaya hidup sebagian warga berhaluan liberal di Republik ini. Tepatnya, sejak kran liberalisasi di berbagai bidang dibuka, life style ala Barat yang sarat dengan gelagak syahwat turut menjadi penumpang gelap. Dilegalkan tidak, tapi merebak di mana-mana. Pornografi, pornoaksi, pelacuran, permesuman dan hiburan maksiat, begitu dekat, mengulik urat syahwat.
Tak peduli lelaki baru baligh, atau gadis bau kencur, jika saraf-saraf nafsunya sudah diobrak-abrik, apa pun dilakukan. Jika pintu legal pernikahan begitu terjal, zina gratis jadi pelampiasan. Toh suka sama suka, saling menguntungkan, tak ada yang dirugikan. Dan lebih penting, toh tak ketahuan. Boro-boro dikenai rajam atau sekadar dikucilkan, dengan bangga pelaku zina mem-videokan adegan vulgarnya.
Bagaimana dengan memperkosa? Memang terlalu berat risikonya. Kalau zina suka sama suka, tidak ada delik pidananya. Perkosaan hanya dilakukan mereka yang “kebelet” melampiaskan nafsu tapi tak punya pacar, atau tak punya uang untuk membayar pelacur. Juga, yang tak kuat nikah karena biaya administrasinya mahal, atau tak punya calon saking tak lakunya. Dan, di negeri ini, tipe seperti inipun tak kalah banyaknya. Fenomena pemerkosaan di angkutan umum adalah salah satunya. Korbannya sudah banyak berjatuhan, perempuan semakin terancam di luar sana. Kejahatan seksual mengintai setiap detik. Kalau tak diperdaya dengan rayuan gombal, dicaplok para pemerkosa. Duh!
Melarang atau Merangsang?
Omong kosong jika negara melindungi warganya. Yang ada bukannya melarang, malah merangsang mereka untuk menjadi penikmat syahwat. Memblokir situs porno hanya sebatas niat baik. Baru sejenak sudah jebol lagi. Bahkan dipelopori jajaran pejabat sendiri (ingat kasus anggota DPR yang ketahuan mengakses situs porno saat sidang?).
Juga, tidak pernah bersedia menghukum berat para pelaku zina. Bagaimana pelaku zina akan kapok, kalau ketahuan justru dinikahkan? Jangan heran jika kita membaca berita, tiap hari selalu ada episode-episode anyar video-video mesum amatir dengan aktor-aktris muda-mudi yang dimabuk asmara, pelajar kurang ajaran, atau pasangan selingkuh.
Sekali lagi, negara justru menggelontorkan kebijakan yang memperlonggar perzinaan. Media massa, novel, komik, iklan, lukisan, sinetron, film, foto, lagu dan tayangan realty show bertema cabul pun bebas beredar. Tidak akan dibredel sekalipun sudah protes massal oleh masyarakat. Pelacuran, eksploitasi aurat perempuan, dan tempat-tempat hiburan yang menjajakan syahwat, dibiarkan. Tidak akan ditutup asal menyumbang pajak.
Di sisi lain, negara membuat berbagai larangan untuk menyumbat penyaluran syahwat dengan cara-cara legal. Usia pernikahan terus dinaikkan, biaya nikah dimahalkan dan syarat penikahan diperketat. Termasuk, upaya pelarangan poligami sekalipun bagi mereka yang mampu. Mungkin memang inilah yang diharapkan negara liberal ini: industri porno menggeliat, zina dini meningkat, pemerkosaan berlipat, kehamilan di luar nikah tumbuh cepat, aborsi dipersingkat, dan lahirlah generasi-generasi bejat. Persis di Barat, yang kini di ambang kebinasaan. Akankah Republik ini diam saja menunggu saat yang sama?
Menolak Agama?
Fenomena di atas tentu bukan perkara remeh. Muda-mudi calon pemimpin masa depan, sudah sedemikian amoral. Berani menghalalkan zina yang jelas-jelas diharamkan. Anehnya, terhadap persoalan ini, tidak ada -kecuali kalangan Islam– yang menuding sistem hidup sekuler-liberallah yang menjadi akar masalahnya. Padahal sistem inilah yang “mewajibkan” remaja pacaran, hingga merasa tak gaul tanpa berhubungan badan dengan pujaan hatinya.
Sistem inilah yang mengajarkan, bahwa perempuan harus membuka auratnya, mempertontonkan kepada lelaki bukan mahromnya. Sistem inilah yang memandu tumbuh kembang remaja, tanpa didampingi kedua orangtuanya yang sangat sibuk digilas roda perekonomian. Sistem inilah yang memberhalakan materi, uang dan kenikmatan seksual.
Memang, mereka mengharapkan “agama” (baca: Islam) mampu menyelesaikan persoalan ini. Pada saat remaja ketahuan amoral, segera semua pihak berteriak “ini karena kurangnya pendidikan agama” atau “para ulama harusnya lebih berperan membina akhlak remaja” dan para guru dan orangtua harus menanamkan nilai-nilai moral lebih intens pada anak-anaknya.”
Agama dijadikan tong sampah saja, sekadar untuk memperbaiki keadaan yang sudah rusak. Anak nakal dan bandel, dikirim ke pesantren. Image pesantren sebagai pendidikan mulia pun babak belur. Terlebih lagi, pada saat yang sama diopinikan bahwa pesantren adalah “produsen” teroris. Lulusan pesantren, orang-orang mukhlis itu, didakwa membahayakan eksistensi negara. Sementara para pelaku maksiat dianggap pahlawan penyumbang devisa.
Tapi, baiklah, agama (baca: Islam) bersedia memperbaiki keadaan. Bahkan punya sulosi komprehensif untuk menuntaskan segala persoalan. Bukan hanya mengatasi perzinaan, itu terlalu “mudah.” Bahkan mengatasi kemiskinan, kelaparan, ketimpangan sosial, kriminalitas, dll, serahkan saja padanya.
Tapi, mengapa ketika Islam -yang dipeluk mayoritas penduduk negeri ini– mengajukan syariatnya sebagai solusi, dicap mengancam eksistensi negara, radikal, ekstrimis, intoleran, bahkan antipemerintah? Kenapa negara dengan setia menerapkan sekulerisme, padahal sekulerisme itu sendirilah yang melahirkan semua kebobrokan sosial ini? Sebaliknya, kenapa menuduh ideologi Islam, yang belum pernah diberi kesempatan memerintah negeri ini, dengan tuduhan-tuduhan miring? Tampak jelas, siapa yang bermuka dua, antara butuh dan tidak butuh terhadap Islam.
Inilah tanda-tanda akhir zaman. Ketika perzinaan merajalela dan masyarakat menganggapnya biasa. Kalau sudah begini, Republik ini tinggal menunggu kebinasaan. Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Abu Malik al Asy’ari bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan/menganggap halal perzinahan, sutera, minuman keras, dan musik-musik.” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (dan menyetubuhinya) dan di antara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata, “alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini di balik dinding ini.” (HR. Abu Ya’la. Al Haitsami berkata, “perawi-perawinya shahih.” Lihat Majmu’ Zawaid: 7/331) [hizbut-tahrir.co.id]
[Tulisan diambil dari eramuslim.com]
Jumat, 27 Januari 2012
Oleh-Oleh Cibulakan
Oleh - oleh dari Cibulakan nih, kenangan selagi masih di Purwakarta. sedikit narsis dan imut gak apa lah....
Nie yang di photo keliatan Gemuk, Aslinya dah kurusan loh....
Kamis, 26 Januari 2012
SEBUAH HARAPAN
Bisa berbagi kebaikan dengan sesama manusia walaupun hanya bisa memberi sedikit manfaat.
Sebuah Harapan.....
Untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Sebuah Harapan.....
Dengan lahirnya Blog ini bisa memberikan inspirasi untuk semua orang.
Sebuah Harapan....
Bisa merubah dunia, walaupun sedkit.
Sebuah Harapan....
Untuk bisa menjadi bagian dari orang orang yang telah sukses dunia dan akhirat
Sebuah Harapan....
Untuk bisa melahirkan banyak harapan-harapan lainnya.
Dari sebuah harapan maka akan muncul harapan-harapan lainnya, jangan pernah berputus asa lahirkanlah terus banyak harapan karena harapan itu bagian dari DO'A.
Banyak lah berharap pada Alloh, karena Alloh yang punya segalanya. Alloh tahu yang terbaik untuk hamba-Nya, maka Alloh pasti mengabulkan harapan hamba-Nya disaat yang tepat.
Langganan:
Postingan (Atom)